Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan Katadata Insight Center menemukan, Indonesia berada dalam kategori "sedang" untuk Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia. Berdasarkan hasil survei itu, kampanye Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) di Indonesia dengan Kemenkominfo pun digalakan.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan, survei itu menunjukan pada 2021, kategori “sedang” berada di angka 3.49 dari 5,00. Kini empat pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital menjadi acuan yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai tersebut.
“Kemenkominfo menyiapkan program-program pelatihan digital pada tiga level, yaitu Digital Leadership Academy yang merupakan program sekolah vokasi dan pelatihan yang diikuti oleh 200-300 orang per tahun bekerja sama dengan delapan universitas ternama di dunia," katanya dalam keterangan, Minggu (5/3).
Selain membangun infrastruktur digital, pusat-pusat data, dan telekomunikasi di seluruh Indonesia. Kemenkominfo juga secara langsung mengadakan sekolah vokasi untuk menghasilkan tenaga kerja yang bertalenta digital.
"Digital Talent Scholarship sebagai program beasiswa bagi anak muda yang ingin meningkatkan kemampuan dan bakat digital. Dan yang terakhir Workshop Literasi Digital yang dapat diikuti secara gratis bagi seluruh masyarakat di Indonesia,” ujar Johnny.
Dewan Pengarah Siberkreasi Fajar Eri Dianto menjelaskan, perubahan cepat ke era digital terjadi di masa pandemi Covid-19 pada 2020. Di mana pembatasan sosial menyebabkan hubungan fisik antarindividu menjadi terbatas.
Selain itu, lockdown juga membatasi banyak aktivitas di masyarakat, mulai bisnis, industri, hingga aktivitas sehari-hari. Rangkaian peristiwa itu memunculkan perubahan perilaku yang ditunjang dengan pemanfaatan teknologi digital untuk menggantikan aktivitas langsung di kehidupan sehari-hari.
“Tercipta hidup normal cara baru, penuh inovasi, kreasi melalui teknologi. Masyarakat mulai hidup normal dengan teknologi, ketergantungan pada penyedia fasilitas digital menurun, investor kurang berminat, sehingga perusahaan digital harus melakukan efisiensi dengan pemotongan biaya operasional pegawai,” ungkap Fajar.
Oleh karena itu, lanjut Fajar, situasi tersebut di atas menuntut kemampuan mengetahui, mengenali, dan menguasai teknologi digital sehingga dapat memanfaatkan hingga membuat konten digital.
Kemudian, muncul ragam pekerjaan digital yang sebelumnya kurang dikenal atau diminati. Ragam tersebut antara lain kreator konten, spesialis media sosial, toko online atau perdagangan secara elektronik, dan lain sebagainya.
Ragam pekerjaan digital yang bisa menjadi peluang baru di era sekarang ini adalah ahli keamanan digital, copywriter, web developer, data communicator, atau pemasaran digital. Namun, jenis pekerjaan tersebut menuntut kecakapan atau kompetensi sumber daya manusia yang tinggi. Selain itu, pekerjaan ini juga mewajibkan kreativitas dan inovasi yang tiada henti.
Maka dari itu dalam berkompetisi di tengah tren pekerjaan digital sekarang ini. Menurut dia, tip menjaga kreativitas dalam bekerja di era digital adalah mampu menjaga mood, berhenti mengurusi kehidupan orang lain, serta menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.